PERILAKU KONSUMEN DI INDONESIA
Jika berbicara perilaku konsumen Indonesia ada beberapa cirri
yang paling dominan, diantaranya sifat konsumtif yang sangat tinggi, suka
produk import, dan emosional.
-
Sifat Konsumtif yang Tinggi
Orang Indonesia
pada umumnya lebih memilih membeli suatu barang dari pada membuat atau
menciptakan barang. Sifat tersebut timbul karena banyaknya barang-barang dengan
import dengan inovasi yang bagus dan harga yang dapat dijangkau berredar luas
di pasar Indonesia.
-
Suka Produk Import
Sifat ini timbul
disebabkan oleh beberapa hal yaitu, rasa percaya diri dan gengsi dengan
menggunakan produk import, produk import lebih murah, dan produk import lebih
berkualitas. Sebenarnya banyak produk Indonesia yang berkualitas dengan harga
yang murah, namun sifat gengsi konsumen biasanya cukup berpengaruh. Penyebab
lainnya yaitu terbatasnya inovasi produk lokal, sosialisasi produk lokal dan
kesadaran akan pentingnya mendahulukan produk dalam negeri mungkin masih sangat
kurang.
-
Emosional
Sebagian konsumen
Indonesia memang adalah konsumen yang emosional, mereka membeli barang dengan
tanpa mementingkan harga, fungsi, kegunaan, barang tersebut. Biasanya konsumen
jenis ini membeli barang karena dianggap lucu, unik, dan bisa menambah
gengsinya dalam bersosialisasi, tanpa terlalu perduli terhadap manfaatnya.
Menurut Handi Irawan perilaku konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu:
1.
Berpikir
jangka pendek (short term perspective)
Ternyata
sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk
diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang
serba instant.
2.
Tidak
terencana (dominated by unplanned behavior).
Hal ini
tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya
menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).
3.
Suka
berkumpul.
Masyarakat
Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah satu
indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter
sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4. Gagap teknologi (not adaptive to high
technology).
Sebagian besar konsumen
Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa
dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5.
Berorientasi
pada konteks (context, not content oriented).
Konsumen kita
cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks
yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.
6.
Suka
buatan Luar Negeri (receptive to COO effect).
Sebagian
konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam
negeri, karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia
7.
Beragama(religious).
Konsumen
Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas
konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih
percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau
pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama.
8.
Gengsi (putting prestige as important motive).
Konsumen
Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau
belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun
tetap laris
terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas.
Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas.
Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
9.
Budaya
lokal (strong in subculture).
Sekalipun
konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup
tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.
10.
Kurang
peduli lingkungan (low consciousness towards environment).
Salah satu
karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap
isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap
lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang *tinggal di perkotaan
begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu
lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium
sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan
terhadap mereka.
SUMBER:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar